Keluarga seharusnya mampu menjadi healing bagi segala kepenatan yang terjadi di luar rumah bagi seseorang. Keluarga yang damai dan suasana rumah yang tenang merupakan komponen penting dalam menghilangkan stress yang terjadi, entah dari persoalan deadline kerja, tugas-tugas kuliah maupun sekolah. Tapi bagaimana dengan fenomena broken home? Broken home merupakan sebutan untuk keluarga yang berantakan. Entah berantakan dari faktor anak ataupun orang tua. Banyak sekali faktor penyebab terjadinya fenomena broken home. Di sini saya akan membahas salah satu faktornya, yaitu perceraian.
Banyak imbas yang didapat oleh anak saat perceraian
terjadi. Beberapa dampaknya yaitu perubahan emosional yang turun naik secara
drastis akibat adanya ketidakharmonisan antara orang tua sang anak. Tidak
banyak orang tua yang meributkan hal-hal pribadi mereka di depan anak-anaknya
yang seharusnya tidak dilakukan. Jika sudah begitu, akan ada rasa traumatis
tersendiri yang akan muncul dalam psikis anak-anak secara perlahan.
Kerusakan perkembangan psikologis pada anak dengan keadaan
broken home juga tidak dapat dipungkiri. Anak-anak broken home akan lebih mengerti apa itu arti
kehilangan yang sebenernya dan mereka juga akan sering kali merasa dunia tidak
adil. Tak banyak juga yang mampu menyikapi dewasa hal-hal yang terjadi karena
mengalami broken home. Biasanya anak-anak ini lebih dewasa melebihi usianya.
Karena terlalu banyak yang dilalui oleh mereka.
Akan selalu ada dua sisi seperti koin
dari setiap kejadian yang dialami setiap manusia. Dalam pembahasan di atas,
penanganan psikologis dan lingkungan yang suportif mampu menjadi penyemangat tersendiri
bagi anak-anak tersebut sehingga kerusakan karakter tidak akan terjadi atau
dapat diminimalisir.
Komentar
Posting Komentar