HIV pada awal
kemunculannya disebabkan oleh perilaku seksual manusia sehingga salah satu
upaya untuk mencegah menyebarnya virus HIV bisa dengan memberikan kontrol atas
perilaku seksual manusia. Kontrol atas perilaku seksual manusia bisa ditanamkan
sejak dini melalui pendidikan seksual yang bisa diajarkan di rumah maupun
sekolah. Di daerah “barat”, healthy sexual life mulai diajarkan pada pendidikan
tingkat menengah. Ajaran tersebut biasanya berisi tentang apa itu hubungan
seksual, dan dampak yang ditimbulkan dari adanya hubungan tersebut. Akan tetapi
pendidikan seksual di Indonesia masih kurang efektif karena konstruksi sosial
yang tercipta menganggap bahwa seks adalah urusan privat yang tabu untuk
dibicarakan di muka umum. Ada pula yang menganggap bahwa ketika hubungan seks
diajarkan, maka hubungan seks akan merajalela karena anak-anak sudah cukup
mengerti teorinya dan tinggal melakukan prakteknya.
Kontrol seksualitas
remaja di Indonesia juga sedikit terhambat, terlebih di daerah-daerah yang bisa
tergolong cukup terpencil, dengan adanya berbagai macam upacara adat atau
ritual yang bersinggungan dengan hubungan seksual. Sebagai contoh di salah satu
suku Indonesia terdapat ritual ‘inisiasi’ bagi anak laki-laki yang beranjak
dewasa harus melewati hubungan seksual fisik dengan laki-laki yang lebih tua
supaya kekuatan yang dimiliki oleh laki-laki yang lebih tua tersebut bisa
diwarisi oleh anak laki-laki tersebut. Ritual yang sudah turun-temurun ini
pastilah sulit untuk dihapuskan karena sudah mendarah daging dalam tubuh
masyarakat yang melakukan ritual tersebut. Padahal, hubungan seksual yang
dilakukan dalam ritual tersebut adalah hubungan seks laki-laki dengan laki-laki
yang tak jarang satu laki-laki bisa menyetubuhi lebih dari satu orang. Ini
berarti bahwa virus HIV lebih mudah menyebar dikarenakan gonta-ganti pasangan
dan hubungan seks melalui anus memang lebih beresiko untuk terkena HIV
dibandingkan dengan melalui vagina.
Yang kemudian bisa
dilakukan adalah memberi gambaran umum atau mengatur ulang konstruksi sosial
masyarakat bahwa membicarakan seks dalam konteks edukasi bukanlah suatu hal
yang tabu. Selain itu, perlu juga dilakukan sosialisasi lebih meluas terkait
resiko dari hubungan seksual dengan gonta-ganti pasangan maupun sesama jenis
(homoseksual). Perlu juga diberikan pemahaman bahwa naluri seks merupakan hal
yang alamiah, akan tetapi tiap individu manusia pastilah mampu memiliki kontrol
atas dirinya sendiri dan konsekuen atas kontrol diri dan batasan-batasan yang
diciptakan oleh diri sendiri.
Artikel yang bagus ^^
BalasHapusIzin Coment & Share Ya ^^
WA : 082161434588
Poker Online
Bandar Poker
Domino99
BandarQ
Bandar66