Sebagai warga di kota
besar, kalian pasti sering berjalan di trotoar, menyebrangi jembatan layang,
ataupun menjadi pengendara sepeda motor dan mobil, kan? Lalu pasti kalian pernah
melihat beberapa orang yang meminta-minta uang, bukan? Ya, mereka disebut
pengemis. Julukan ini sudah lumrah di telinga orang Indonesia. Biasanya para
pengemis ini meminta uang di pinggir jalan, ada yang lanjut usia, terlihat sakit,
menggunakan gips ataupun orang normal biasa.
Kenapa sih masih
banyak pengemis di Indonesia dan bertebaran di pinggir jalan-jalan besar? Apakah
pembangunan ekonomi di Indonesia memang belum merata? Lalu, sebagai anak muda
Indonesia, apa yang sudah kamu lakukan untuk sedikit saja membantu pemerataan
itu terjadi? Ah, paling kamu cuma sekadar mencak-mencak di sosial media mu. Berlagak
paling benar, menyalahkan pemerintahan Indonesia, padahal kamu sendiri menulis
postingan tersebut dalam keadaan malas-malasan di atas kasur.
Berbeda dengan Dwi
Subiyakto selaku chief dari komunitas
Ketimbang Ngemis dan juga banyak anggota lainnya yang tersebar di banyak daerah
di Indonesia. Ketimbang Ngemis merupakan komunitas berisi banyak anak muda yang
peduli sosial dan tidak mendukung adanya kegiatan mengemis, yang notabennya
hanya meminta-minta tanpa berusaha untuk bekerja. Komunitas
ini dibentuk untuk mengapresiasi dan membantu para sosok mulia, yakni orang tua
yang masih mau berusaha dalam keterbatasan fisik maupun usia untuk mencari
nafkah bagi diri sendiri keluarganya dan menolak untuk mengemis. Program yang
dijalankan adalah memberikan informasi dan berita mengenai sosok mulia ke
masyarakat luas melalui media sosial milik Ketimbang Ngemis. Begitu klaim dari
salah satu cabang komunitas bagian Jakarta di blog mereka.
Komentar
Posting Komentar